Si Buta dari Gua Hantu adalah fenomenal dan telah menjadi ikon penting dalam sejarah komik Indonesia. Ketika Si Buta dari Gua Hantu terbit pada tahun 1967, telah menjadi topik pembicaraan bagi kanak-kanak, dewasa bahkan para orang tua.
Seiring dengan berlalunya waktu, pada tahun 1990 komik Indonesia mengalami nasib tragis, benar-benar tenggelam dan lenyap. Pada tahun 1990 sebuah stasiun televisi swasta menayangkan sinetron Si Buta dari Gua Hantu. Kenangan kita kembali terungkit, namun ada sebuah komentar sinis dari sementara kalangan bahwa : “Membutakan mata adalah perbuatan yang sangat tidak logis”. Kesannya komik Si Buta dari Gua Hantu tidak baik untuk dibaca dan sinetronnya tidak layak ditonton alias tidak mendidik.
Dalam menyampaikan sebuah cerita bisa saja seorang pengarang menggunakan metafora (kiasan). Tentunya bukan maksud si pengarang, Ganes TH mengajak pembaca komik Si Buta dari Gua Hantu untuk membutakan mata, secara metafora tindakan “membutakan mata” adalah ajakan untuk melihat dengan mata hati supaya kelihatan lebih jelas dan terang.
Dengan kata lain Ganes TH ingin berkata bahwa buta mata lebih baik dari pada buta hati. Orang yang melek matanya tapi buta hatinya jauh lebih berbahaya dari pada orang yang buta matanya tapi melek hatinya. Dalam konteks masa sekarang dapat kita saksikan betapa sebuah negeri mengalami kekacauan multi dimensi karena kebutaan hati para pemimpinnya yang hanya mengejar kekuasaan dan kebendaan. Krisis global yang melanda dunia juga karena kebutaan hati para pemimpin negara superpower. Hati yang buta akan membuat silau. Persoalan-persoalan seperti : pemanasan global, minyak dan pangan, hanya dipermainkan saja tanpa ada komitmen pada suatu solusi konkrit.
Dalam konteks komik silat, keputusan Barda untuk membutakan matanya sendiri adalah untuk memecahkan rahasia ilmu golok mata malaikat. Itupun tidak bisa dikatakan sempurna atau mutlak. Karena di kemudian hari Barda dengan matanya yang telah buta selalu mengalami kesulitan jika mengalami serangan ilmu yang menyerang indera pendengarannya. Bahkan pada suatu ketika Barda nyaris tewas saat menghadapi seorang musuh yang mempunyai sejenis ilmu seolah-olah dapat menghentikan dengus napas dan detak jantung. Hanya nasib baik yang menyelamatkan jiwanya dari maut.
Dalam konteks politik identitas mungkin Ganes TH berkamsud menyindir pihak penguasa pada masa itu. Jangan melihat secara kasat mata berdasarkan asal keturunan untuk mengukur rasa kebangsaan atau nasionalisme seseorang.
Demikian seuntai kata dari suduk pandang kita sebagai pecinta komik Si Buta dari Gua Hantu. Simaklah seluruh serial Si Buta dari Gua Hantu, dan akan banyak kita jumpai falsafah hidup dan sikap hidup seorang Barda Mandrawata yang berjuluk Si Buta dari Gua Hantu dalam menunaikan kebenaran dan keadilan.
No comments:
Post a Comment